Balikpapan – Masyarakat diharapkan terus mewaspadai akan terjadinya bencana alam pada musim penghujan November ini. Salah satunya bencana longsor, khususnya pemukinan yang berada di lereng bukit. Hujan dengan intensitas tinggi mengancam terjadinya pergeseran tanah.
Menurut Kasi Data dan Informasi BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) Balikpapan Abdul Haris, kondisi dan sifat tanah di Kalimantan, khususnya kota Balikpapan berbeda dengan di pulau Jawa dan daerah lainnya yang memiliki ikatan kohesi tanah yang besar. “Sedangkan ikatan kohesi tanah di Kalimantan kecil,” ujar Abdul Haris.
Kondisi inilah yang menjadi penyebab mudahnya terjadi pergeseran tanah di Balikpapan. “Oleh karena itu, dengan ikatan kohesi tanah yang kecil ditambah dengan air hujan yang terserap dan mengalir, maka pergeseran pun terjadi,” jelasnya. Diakuinya beberapa wilayah Balikpapan sangat rawan dan berbahaya jika pembangunan rumah tidak diantisipasi terlebih dahulu. “Terutama bagi mereka yang tinggal di daerah lereng-lereng,” jelas Abdul Haris.
Seperti diketahui, salah satu pemukiman warga rawan longsor ada di Kelurahan Prapatan. Namun bukan berarti kawasan lain tidak perlu diwaspadai. Selasa (1/11) misalnya, hujan yang mengguyur Balikpapan mengakibatkan sebuah ruko di jalan Marsma R Iswahyudi, Gunung Bakaran, terancam ambruk akibat pondasi bangunan tergerus air hujan.
Bangunan di RT 2 Kelurahan Sepinggan Raya Balikpapan Selatan milik Rahman itu kondisinya miring hingga 50 derajat. Sejak siang tempat usaha sekaligus rumah tinggal tersebut tidak lagi dihuni. Pantauan KPFM di lokasi kejadian Selasa, pukul 23.00 Wita, bangunan yang berada di pinggir jalan utama itu kondisinya masih mengkhawatirkan. Banyak masyarakat yang melintas berhenti untuk melihat dari dekat. (ARIYANSAH/KPFM)