Balikpapan – Sejumlah puskesmas yang ada di Balikpapan ternyata tidak semuanya memiliki ahli gizi yang mampu menangani secara langsung anak penderita gizi buruk. Hal ini dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan Balerina.
Saat ditemui KPFM di kantornya Kamis (17/16) Balerina mengatakan, karena kurangnya ahli gizi untuk puskesmas, pihak DKK membuat program pelatihan kader setempat bersama PKK dalam pemberian makanan formula kepada penderita gizi buruk.
Dijelaskan, pelatihan itu dilakukan karena mengingat angka penderita gizi buruk di Balikpapan naik dibanding tahun lalu. Tahun lalu ada 10 kasus, dan tahun ini ada 14 penderita. Namun sudah tertangani dengan baik. Menurut Balerina, tren gizi buruk yang tinggi itu selain karena pola makan, juga disebabkan pola asuh orang tua yang masih banyak tidak memahami bagaimana seharusnya kandungan gizi makanan diberikan untuk anak. Antara karbohidrat, mineral dan protein harus seimbang. “Sebagian besar penderita gizi buruk memang dari pendatang. Meskipun mereka pendatang, kalau sudah tinggal di Balikpapan ya akan kami tangani,” tambah Balerina.
Selain program di atas, upaya lain yang sudah dilakukan DKK adalah setelah mendapat laporan dari puskesmas atau rumah sakit, pihak DKK akan langsung menghampiri penderita gizi buruk dan memberikan formula makanan yang memenuhi persyaratan gizi, serta terapi hingga gizi anak tersebut terpenuhi.
Balerina mengakui sejauh ini belum ada program khusus. Hanya inovasi yang dikembangkan bagaimana agar penanganan pasien bisa berkelanjutan. “Harusnya gizi anak bisa berkembang dengan baik karena sudah banyak bantuan dari pemerintah, seperti beras miskin, dan dana bantuan dari pemerintah,” jelas Balerina. (RARA/KPFM)