Resah di dadaku
Dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini
Dipisah kata-kata, begitu pula rindu
Lihat tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi
Ingat dengan penggalan puisi di atas? Bagi Anda yang sudah menonton trailer dari ‘Ada Apa dengan Cinta ? 2 (AADC? 2)’ pastinya mengenal puisi ciptaan Aan Mansyur tersebut. Di ranah literasi, nama Aan Mansyur sudah tak asing lagi. Kelihaiannya mengolah kata dan menjelajah bahasa membuatnya menjadi ‘the rising star’ di literatur Tanah Air. Lewat akun @hurufkecil, Aan kerap mengungkapkan syair-syair puitisnya.
Kini, karya-karya terbarunya hadir dalam medium yang berbeda. Dia membuat khusus syair dan puisi untuk film ‘AADC? 2’. Pertemuan Aan dengan AADC bermula ketika kuliah.
“Waktu itu saya benar-benar merintis ingin menjadi penyair. Setahun sebelumnya, saya nembak cewek dengan puisi dan saya nonton beberapa kali dengan pacar saya waktu itu. Saya yakin mantan pacar saya akan teringat banyak hal,” ungkapnya dalam keterangannya, Selasa (22/12/2015).
Aan pun terkejut ketika Mira Lesmana menawarinya membuat puisi pada April lalu. “Mbak Mira bertanya, kami lagi mau bikin ‘AADC? 2’ nih, dan kita butuh puisi. Kamu mau nggak? Saya pikir kenapa tidak. Saya bilang sama mbak Mira, kalau ajakan ini berarti sama dengan saya diberi kesempatan untuk berterimakasih sama AADC.”
“Bagaimanapun, saya merasa AADC punya sumbangsih besar sekali. Mau orang akui atau tidak, AADC punya peran besar banget membuat wajah puisi Indonesia sekarang. Jadi orang tiba-tiba juga membaca puisi, anak-anak muda dulu atau orang mungkin pikir cuma yang tua-tua banget, kita nggak membayangkan anak-anak muda bawa-bawa buku puisi, baca puisi. Terlibat di sini sekarang artinya membuat saya sebagai orang yang menulis puisi bisa lebih percaya diri.”
![]() |
Dengan kembalinya puisi ke dalam film, menurut Aan orang akan percaya dengan kata-kata. Orang akan jadi lebih memikirkan jika berbicara sesuatu. Terutama bagi yang akan menonton film.
“Saya ingin orang kembali percaya dengan kekuatan bahasa, bukan hanya sebagai alat komunikasi. Bukan hanya sebagai, seperti bahasa yang sekarang dikuasai oleh tema-tema ekonomi, politik,” ungkapnya.
Aan pun ingin puisi-puisi yag ada di ‘AADC? 2’ ini menjangkau apa yang sudah diraih oleh AADC yang pertama. “Saya membayangkan orang-orang yang membaca puisi ini adalah orang-orang yang dekat tapi jauh sekali. Penuh paradoks seperti si puisi ini,” lanjut penulis ‘Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi’ (2015) ini.
Sebelumnya, karya-karya Aan adalah Kukila (2012), Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia (2014), dan Melihat Api Bekerja (2015). Sedangkan novel-novelnya Perempuan, Rumah Kenangan (2007), dan Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi (2015).
(detik.com)